Senin, 22 Desember 2014

RESENSI NOVEL REMEMBER WHEN





Judul Buku                : Remember When
Penulis                       : Winna Efendi
Editor                         : Samira & Gita Ramadhona
Penerbit                      : GagasMedia
Cetakan pertama        : 2011; kedelapan: 2012
Tebal                          : 252, paperback


      Taruhan itu tiba-tiba terlontar dari bibir Adrian. Taruhan tentang mengakui perasaan. Bukan hanya Adrian, seantero sekolah sepertinya tahu kalau Moses sudah jatuh hati pada saingannya dalam merebut gelar sebagai siswa teladan. Gadis itu bernama Freya, Freya yang selalu menunduk, Freya yang selalu menata poninya nyaris menutupi mata. Namun, Freya yang seperti itu adalah yang selalu membuat hatinya berdebar. Adrian, sahabatnya bahkan gemas setengah mati. Dan tepat di hari Senin Moses memberanikan diri, menyatakan perasaannya. Freya mengangguk setuju, pun Anggia, gadis incaran Andrian, yang sudah berbagi loker dengannya selama bertahun-tahun. Adrian dan Gia, pasangan paling romantis di sekolah, kadang curi-curi cumbu, sering pula terpergok menggelar PDA (Public Display of Affection) di lingkungan sekolah. Berbeda dengan Freya dan Moses. Bagi Moses, pacaran tidak perlu umbar kemesraan, Moses dan Freya selalu menikmati waktu diskusi bersama, baca buku di teras rumah, tapi sedikit demi sedikit rasa pelik itu membisik di hati Freya. “Pengin gak sih, lo berharap punya cinta yang lain? Yang meledak-ledak, yang bikin kaki lo lemes, yang bikin jantung gak keruan?” (hlm. 31) Freya diam, apalagi saat Erik menggodanya. Lantas, apakah Gia juga sungguh bahagia bersama Adrian?

____________


      Novel ini bercerita tentang jatuh cinta pada pacar sahabat sendiri. Tentang kisah di bangku SMA. Masih dengan atribut-atribut saling gosip, silih curhat, juga dengan sifat-sifat tokoh yang kontras.
 “Remember When” juga punya gaya bercerita yang sangat enak dinikmati, penokohan yang kontras satu sama lain, terlebih mengenai sebuah status hierarki yang populer saat zaman SMA. Namun, gaya bercerita Winna Efendi mungkin bisa menjadi sebuah kekurangan bagi tema “Remember When”. Dari pembawaan bahasanya, gaya bahasa Winna memang terkenal lekas, tidak bertele-tele, tapi juga tenang dan tidak terburu-buru, sehingga dirasa lebih cocok jika digunakan dalam naskah yang bersetting dunia orang dewasa. Berbeda dengan “Remember When”, memang masih asyik untuk dibaca, tapi mungkin agak sedikit membanting karakter-karakternya untuk ditempatkan dalam balutan seragam putih-abu.
 tapi itu bukan sebuah kekurangan yang fatal kok, “Remember When”. Poin plusnya lagi-lagi ada di gaya bercerita Winna Efendi, lalu di plotnya yang simpel tapi tetap saja bikin penasaran hingga ke lembar terakhir, terakhir untuk sampulnya.


Nama : Jehan Faulia T I
NPM  :15214623